rekaman doa dan puisi


hmm…rekaman doa dan puisi?
ini merupakan bagian dari tugas kami :).yaitu kami diminta Pak Rudy merekam suara membaca doa dan puisi hhe…
nah doa dan puisi itulah yang sering kami lakukan setiap memulai dan sesudah pelajaran fisika 😉
sebelum memulai pelajaran fisika kami slalu bergantian membacakan doa dan puisi tersebut.biasanya dimulai dengan doa kemudian dilanjutkan dengan puisi kepekaan hati :).Dengan doa dan puisi ini semoga dapat membuat kami pada setiap pelajaran yang diajarkan dapat diserap dengan baik dan bermanfaat.memang sich merekam suara sendiri rasanya sich sedikit malu dan ga percaya diri banget apalagi kalo didengar orang hehe…:)
ya tapi ga apa-apa namanya juga tugas dan hitung-hitung buat pengalaman juga 😉 haha…
inilah adalah teks doa dan puisi yang sering kami lakukan dikelas.

Doa:
AKU belajar untuk memenuhi keinginan Tuhanku yang hendak menjadikan AKU manusia sebagaimana rencanaNya,
menjadi manusia yang sempurna, paripurna, manusia seutuhnya,
adil dan beradab, selamat di Dunia fana dan akhirat.
AKU belajar demi kemaslahatan manusia Indonesia dan
manusia di dunia juga,
demi persatuan dan kesatuan bangsa agar
tercapai kedamaian dan perdamaian dunia.
Belajarku ini didukung oleh ayah, ibu, kakak, adik, saudara-saudaraku,
orang-orang yang dekat dengan aku dan mengenal AKU,
disokong oleh teman-teman dan guru-guruku
secara musyawarah demi permufakatan
agar hidupku kelak menjadi saluran berkat
dan saluran kesejahteraan bagi orang banyak,
yakni rakyat Indonesia dan Dunia.

rekaman doa dapat diunduh dijudulnya 🙂

puisi:
Tariklah nafas yang dalam dan panjang …
Biarkan nafas itu mengalir perlahan dan sempurna …
Aturlah nafas anda dengan ritme yang agung ….
Biarkan sugesti ini mengalir dalam diri anda …
BAYANGKAN … BAYANGKAN …. BAYANGKAN ….
Wajah ibu anda sekarang ………
Wajah Bunda yang semakin tua …..
Semakin renta dimakan usia …..
Semakin lusuh, layu, diserap waktu
BAYANGKAN … BAYANGKAN …. BAYANGKAN ….
Wajah ibu ANDA di masa mudanya ……….
Dalam bingkai pigura di masa keemasannya
Berpasangan dengan Ayah ANDA yang gagah dan tampan perkasa
Keduanya bersanding bersama di pelaminan
Sambil tersenyum mesra kepada ANDA …
Wajah ibu ANDA sangat gembira sekali,
Bahagia sekali waktu itu …

Waktu bergulir, hari berganti, masa bertambah …
Bunda gembira karena tengah mengandung anaknya ….
Betapa bahagianya bunda dengan kandungannya ini …
Dalam kandungannya itu ANDA tengah dibentuknya …
Tiap-tiap hari Bunda menyenandungkan alunan merdu mendayu
sambil mengelus perutnya yang semakin membesar
Pertanda Sang Jabang Bayi tengah tumbuh mekar
seolah-olah turut merasakan kebahagiaan walau tak memandang …
namun turut merasa elusan Bunda …
Hingga tiba harinya, Sang Bunda sungguh ketakutan – sangat ketakutan
Akankah Sang Jabang terlahir selamat ?
Ataukah aku yang tidak selamat (Ujar Bunda dalam batinnya)
Ayahanda pun bingung, turut bingung, panik serasa tak berkutik
Ayah yang perkasa pun luluh akan kebimbangan di tengah rasa percaya
Karena tak kuasa memandangi Bunda tercinta tengah berkutat dengan
keadaan yang di luar kendalinya.
Karena tak berdaya, Ayahanda merelakan membawa bunda ke tempat persalinan
Untuk memohon pertolongan bidan
Bidan pun bertindak dan mengeluarkan segala kemampuannya
Di saat yang sama dalam kuasa sang Bidan
Bunda sekuat tenaga, mengerang, merintih, berteriak, mendorong,
memaksa sesuatu yang mekar di dalam badannya untuk keluar
Akhirnya, lahirlah ANDA dalam pekik jerit tangis bayi
membahana ke seluruh persada negeri
Masih dalam keadaan bersimbah darah ANDA diraup oleh Bidan untuk dibersihkan,
dibersihkan jalan nafasnya agar bisa menghirup udara segar sebebas-bebasnya
dibersihkan rongga mulutnya agar dapat menerima makanan segar seluas-luasnya
Sementara Bunda masih dibiarkan telentang tak berdaya tanpa tenaga
demi memperjuangkan lahirnya ANDA
Dalam keadaan lemas tak berdaya, Bunda hanya bisa berpasrah, berdoa,
menghitung dan mengira-ngira
Bagaimana rupa anakku ? Sehatkah dia ? Bagaimanakah keadaannya ? Sempurnakah dia ?
kemudian, ANDA diserahkan kembali kedekapan Mama Tercinta
sang Bunda mulai meraba tangan kecil nan mungil
masih bersaput merah merona,
Tangan yang hangat dan lembut mendekap telapak yang masih muda
Dimulainya dari tangan kanan sang Bayi mungil
Dihitungnyalah jari-jemari kecil, … satu, dua, tiga, empat, lima …
Ah … sempurna, (pekik Bunda dalam hatinya) …
Kembali diraup Sang Bunda
Tangan mungil bayi kecil yang sebelah kiri
dilirik bunda sambil dijaga mesra dan hati-hati
dalam dekapan Mamah juga dihitungnya … satu, dua, tiga, empat, lima …
Ah … sempurna pula …
Dalam dekapan mesra di dada Bunda nan hangat
Dipandangnya kedua bola mata mungil
Diciumnya kedua pelupuk mata sang Bayi Kecil
Yang membuka dan menampakkan sepasang mata hitam nan lucu
Sungguh luar biasa Anugerah Tuhan ini dalam diri Anakku
Yang sesekali mulut mungil itu menguap dan membuka sambil menggeliat
menandakan sang Bayi sehat dan siap menjalani hidupnya sebagai manusia

Tak terasa tetesan air hangat mengalir perlahan di kedua pipi Mama
Bagai bulir-bulir embun terkena Sang Surya
Tidak sia-sia aku mengandung ananda 9 bulan 10 hari
Sambil memandangi wajah mungil sang bayi
yang baru saja dibawa ke muka bumi
Bayangkan betapa bahagianya Bunda
memandangi ANDA yang baru tiba di dunia
Bayangkan ….Bayangkan …Bayangkan
Raut wajah bunda yang semakin tua,
semakin renta, semakin kusut, semakin rapuh, semakin tak berdaya,
Rona wajah Bunda penuh kesedihan, bercampur kekesalan
Mengapa ananda yang kulahirkan dulu,
Tanpa mempertimbangkan keselamatanku,
Kupertaruhkan jiwa ragaku untuk membesarkan dan melahirkannya
Sekarang IA berbeda, Sekarang IA Berubah !
Sekarang Ananda berani melawan aku,
Sekarang Ananda berani mencaci diriku,
Bahkan Ananda berani memarahi aku,
Sesal Bunda dalam batinnya !
Apakah Karena Bunda tak pandai,
Apakah Karena Bunda tidak tinggi sekolahnya,
Apakah Karena Bunda kuno,
Apakah Karena Bunda kolot,
Apakah karena bunda kurang pergaulan, tidak modis, tidak gaya, dan jadul ?
Apakah karena Bunda tidak mengerti
anak muda zaman sekarang …
Bunda ketinggalan zaman …
Bunda ditinggalkan …
Bunda Merana, Bunda Sengsara, Batin Bunda Meronta
Hati Bunda pilu, merintih, pedih perih layak diiris sembilu Akankah ANDA biarkan Bunda larut dalam kesedihannya ?
Akankah ANDA biarkan Bunda merana dalam laranya ?
Masihkah ANDA bersikukuh dengan pikiran Anda ?

Bersediakah ANDA memahami Bunda ?
Maukah ANDA bersujud dikaki Bunda ?
Maukan Anda memaafkan bunda ?
Bunda yang menyusui Ananda
Bunda yang telah memelihara Ananda
Bunda yang dengan susah payah membesarkan Ananda
Bunda yang tetap memberi semangat Ananda
Bunda yang tidak surut tetap berada di samping Ananda
Bunda menjadi teman bermain ananda
Bunda menjadi sahabat terkarib ananda
Bunda tempat curahan hati kekesalan ananda
Bunda tempat sandaran jiwa ananda
Bukalah pori-pori tubuh ANDA untuk menerima
Gelombang Penyesalan ini
Biarkan air mata penyesalan mengalir deras tak berkesudahan
Biarkan batin ANDA berkecamuk remuk redam
Jangan dilawan, biarkan lepas, biarkan bebas,
bebaskan tangisan ANDA
Bebaskan perlawanan ANDA
Hanyutlah dalam arus sungai penyesalan
Maka mengalirlah deru pertobatan
Biarkan kedamaian itu merasuk kalbu
Turutlah irama agung itu
Ikutilah gelombang kedamaian dalam perasaan ANDA
Biarkan damai itu hinggap
dan jangan terlepas lagi
Jangan terlepas lagi
Jangan terlepas lagi
Jangan ….
Terlepas ….
Lagi ….

dan rekaman puisi juga sama di unduh dijudulnya ya 🙂

semoga dengan doa dan puisi ini bermanfaat bagi kita semua.
nah dan buat temen-temen makasih yach yang udah mau nyempetin baca hhe:)

Tinggalkan komentar